Pengertian Banjir Informasi, Arab Spring dan Global Village


 https://wslr.org/wp-content/uploads/2016/07/Global-Village-AIESEC-Surat.jpg


 https://wslr.org/wp-content/uploads/2016/07/Global-Village-AIESEC-Surat.jpg
A. Banjir Informasi
               Generasi Masa Kini dapat menerima Informasi dengan sangat deras di masa serba internet seperti sekarang.Begitu banyak yang dapat kita lihat, baca, dan dengar di internet.Menghanyutkan Generasi Masa Kini Informasi mengalir dengan sangat deras di masa serba internet seperti sekarang.Begitu banyak yang dapat kita lihat, baca, dan dengar di internet. Statistik ketersediaan informasi sangat mencengangkan, jauh lebih dari cukup untuk memenuhi ruang pikir kita. Di satu sisi, fasilitas ini memungkinkan kita menjangkau informasi dan informasi menjangkau kita dengan mudah.  Melalui keberadaan mesin pencari seperti Google, informasi dapat diperoleh dengan jentikan jari. Dari ruang-ruang percakapan di Kaskus, banyak informasi yang dapat kita gali. Bahkan, status dari rekan-rekan di jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter pun dalam skala tertentu menjadi informasi bagi kita. Tentunya hal-hal ini sangat baik, namun segi negatifnya adalah banjir informasi -gunjingan, berita, laporan melatih kita untuk memirsa secara pasif.
          Setiap harinya, kita banyak menerima aliran informasi yang sayangnya sebagian besar tidak relevan bagi kita. Hal ini seperti gaung kebisingan yang dalam intensitas tinggi dapat melumpuhkan saraf melihat-dan-mendengar-lalu-bertindak kita. Tanda-tanda kelumpuhan ini dapat terlihat dari semakin banyak anak bangsa yang hanya sekedar like, share, atau komentar singkat tak berisi dalam menanggapi suatu isu. Memang, upaya tersebut dalam skala tertentu besar artinya, namun potensi generasi masa kini jauh lebih besar dari itu. Oleh karenanya, respon kita terhadap derasnya aliran informasi perlu disikapi lebih kritis. Jangan-jangan kemudahan yang kita alami saat ini malah menjadikan kita generasi pasif yang enggan beranjak untuk memberkati bidangnya.
        Kelumpuhan ini dapat diatasi jika generasi ini memiliki disiplin waktu khusus untuk mengendapkan dan mengolah informasi yang diterima menjadi manfaat di berbagai bidang. Saya akan ambil beberapa contoh : penulis, pebisnis, pemrogram, pelukis, dan pemimpin jemaat. Seorang penulis perlu mengikuti isu-isu yang berkembang, namun tetap menuliskan gagasannya sendiri secara apik. Seorang pengembang aplikasi perlu mengetahui perkembangan teknologi terbaru dan menggunakannya untuk menghasilkan produk yang inovatif dan berkualitas. Seorang pebisnis, alih-alih terus mengamati dan berbicara mengenai berita ekonomi, perlu menghasilkan keputusan strategis bagi bisnisnya. Seorang pelukis dapat mencari ilham dari hamparan inspirasi di internet, namun tetap perlu menyediakan waktu terbaiknya untuk melukis. Seorang pemimpin jemaat perlu kritis menangkap isu-isu bangsa dari berbagai media, dilanjutkan dengan menginspirasi umat untuk bertindak aktif dalam kasih terhadap Tuhan dan sesama. 
B. ARAB SPRING
            Apa yang terlintas di pikiran kita ketika mendengar atau membaca kata Arab Spring? Baiklah, supaya tidak berpanjang lebar, langsung saja. Arab Spring, jika diartikan secara literal maknanya pemberontakan Arab. Namun secara istilah ada pendapat yang menyatakan bahwa Arab Spring adalah istilah untuk kebangkitan dunia Arab atau pemberontakan yang dimulai di Tunisia pada musin semi, Desember 2010. Adapun pandangan lain menyatakan bahwa Arab Spring adalah gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab, yang bertujuan menggulingkan diktator yang berkuasa di negara-negara di Timur Tengah.
           Protes yang bernama Arab Spring ini menggunakan teknik pemberontakan sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media sosial, seperti facebook, twitter, youtube, dan skype. Tujuannya adalah mengorganisir, berkomunikasi, serta meningkatkan kesadaran terhadap usaha-usaha penekanan oleh pemerintah. Dalan kejadian tersebut, banyak unjuk rasa ditanggapi keras oleh pihak berwajib. 
          Motor penggerak Arab Spring adalah para pemuda berpendidikan di masing-masing yang dilanda revolusi. Dalam prosesnya, mereka menghimpun dukungan melalui berbagai media, terutama media sosial. Walau demikian, munculnya revolusi ini (Arab Spring) bukan tanpa dukungan pihak lain, justru banyak pendapat yang beranggapan bahwa revolusi ini tersebut tidak lepas dari campur tangan luar negeri, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan sekutunya, serta negara-negara Timur sosialis yang memiliki kepentingan terhadap Timur Tengah.
            Adapun beberapa keadaan di luar Arab Spring, namun memiliki arti pendukung dalam mmudahkan terjadinya Arab Spring, di antaranya kasus meledaknya WTC, pada tahun 2008 terjadi turbulensi ekonomi di Amerika Serikat, kemudian dua tahu setelahnya terjadi pula di berbagai negara Eropa, yang membuat perekonomian mereka guncang, bahkan sebagian mereka terpuruk.
            Akumulasi dari berbagai kejadian tersebut telah turut mendukung dan memudahkan terjadinya Arab Spring. Namun, pemicu utamanya adalah situasi dan kondisi negara yang bersangkutan, yaitu kesenjangan sosial antara pemegang kekuasaan dan rakyat.
           Buku ini secara garis besar membahas tentang perjalanan dan perkembangan Arab Spring di beberapa negara di Timur Tengah, di antaranya Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, Suriah, dan Bahrain. Alasan pemilihan hanya enam negara tersebut (padahal Arab Spring meledak hampir di seluruh wilayah Timur Tengah) adalah karena keenam negara itu merupakan negara-negara strategis dan penting di Timur Tengah, yang menjadi rebutan banyak pihak. 
C. Pengertian Global Village
          Global Village adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 60-an dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Konsep ini berangkat dari pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang. Pada masa ini, mungkin pemikiran ini tidak terlalu aneh atau luar biasa, tapi pada tahun 60-an ketika saluran TV masih terbatas jangkauannya, internet belum ada, dan radio masih terbatas antar daerah, pemikiran McLuhan dianggap aneh dan radikal.
          Global Village menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet. McLuhan meramalkan pada saatnya nanti, manusia akan sangat tergantung pada teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. McLuhan memperkirakan apa yang kemudian terjadi pada masa sekarang, di abada ke-20 seperti saat ini.
       Marshall McLuhan mengkonseptualisasikan global village yang dimaknai sebagai sebuah proses homogenisasi jagat sebagai akibat dari kesuksesan system komunikasi secara keseluruhan. Saat ini, betapa mudahnya orang melakukan komunikasi jarak jauh, tidak hanya antarkota melainkan antarnegara yang lokasinya sangat berjauhan. Bahkan, saat ini tidak jarang para petinggi negara mengadakan pertemuan dengan staf pembantunya (misalnya menteri) melalui teleconference atau konferensi jarak jauh dengan maksud untuk memantau keadaan atau situasi dalam negeri, baik keadaan politik maupun ekonomi, dan sebagainya. Demikian pula, komunikasi dapat dilakukan melalui media internet yang dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh informasi atau berita-berita aktual yang terjadi di belahan penjuru dunia ini. Itulah gambaran kehidupan saat ini, kehidupan yang serba menglobal dalam berbagai aspek atau dimensi kehidupan manusia. Inilah yang disebut dengan globalisasi (globalization).
 Global Village : http://www.beritasatu.com/catatan-akhir-tahun/23030-arab-spring-bermula-dari-penjual-buah.html
Http://www.mhashfi.com/2016/06/konsep-global-village-menurut-marshall.html


Komentar